Pelatihan AIK Multikultural di UAD: Optimalisasi Pendidikan sebagai Basis Perkhidmatan Kebangsaan
Yogyakarta, 6 Oktober 2025 – Lembaga Pengkajian dan Studi Islam (LPSI) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) kembali menyelenggarakan kegiatan pengembangan kapasitas dosen melalui Pelatihan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK) Multikultural dengan tema “Optimalisasi Pendidikan AIK Multikultural sebagai Basis Perkhidmatan Kebangsaan.”
Kegiatan yang berlangsung secara daring pada Senin (6/10) pukul 13.00–15.00 WIB ini diikuti oleh dosen-dosen pengampu mata kuliah AIK dari berbagai program studi di lingkungan UAD.
Pelatihan ini menghadirkan Dr. Arie Anang Setyo, M.Pd., Kepala Pengembangan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan Universitas Muhammadiyah Sorong, sebagai narasumber utama. Adapun jalannya kegiatan dipandu oleh Dr. Ahmad Zaki Annafiri, S.Pd.I., M.Ed., selaku Kepala Bidang Pendidikan AIK LPSI UAD.
Dalam sambutannya, H. Rahmadi Wibowo Suwarno, Lc., M.A., M.Hum., selaku Kepala LPSI UAD, menyampaikan bahwa pelatihan ini merupakan tindak lanjut dari keputusan universitas terkait pelaksanaan mata kuliah institusional Al-Islam dan Kemuhammadiyahan yang kini terbagi menjadi dua kategori, yaitu untuk mahasiswa Muslim dan non-Muslim.
“Mulai tahun 2025 ini, UAD resmi melaksanakan AIK Multikultural yang diperuntukkan bagi mahasiswa non-Muslim. Hal ini menjadi bentuk komitmen universitas dalam menciptakan ruang belajar yang inklusif tanpa meninggalkan identitas keislaman,” ujar beliau.
Rahmadi juga menambahkan bahwa kegiatan ini menjadi momentum penting untuk memperkuat pemahaman dosen pengampu AIK tentang pendekatan multikultural dalam pembelajaran. Ia berharap, hasil dari pelatihan ini dapat menjadi inspirasi dan acuan dalam penyusunan kurikulum serta pelaksanaan kelas AIK Multikultural di UAD.
“Kita ingin agar para dosen mampu mengimplementasikan nilai-nilai Islam rahmatan lil ‘alamin dalam suasana belajar yang humanis, dialogis, dan menghargai keberagaman,” imbuhnya.
Memasuki sesi pemaparan, Dr. Arie Anang Setyo menjelaskan pengalaman Universitas Muhammadiyah Sorong dalam mengelola AIK Multikultural di lingkungan kampus yang mahasiswanya mayoritas non-Muslim. Beliau menekankan pentingnya pendekatan yang inklusif dan humanis dalam proses pembelajaran Al-Islam dan Kemuhammadiyahan.
Menurutnya, AIK Multikultural bukan hanya sekadar materi akademik, tetapi juga sarana dakwah yang menumbuhkan semangat persaudaraan dan kemanusiaan tanpa menghilangkan identitas keislaman.
“Kami berupaya menghadirkan pembelajaran AIK yang dialogis, menghargai perbedaan, serta menumbuhkan semangat rahmatan lil ‘alamin. Prinsipnya adalah keadilan, kasih sayang, dan persaudaraan,” jelasnya.
Dr. Arie juga menuturkan bahwa di Universitas Muhammadiyah Sorong, mahasiswa Muslim dan non-Muslim tetap belajar bersama dalam satu kelas AIK. Hal tersebut dilakukan untuk memperkuat nilai kebersamaan dan saling memahami dalam keberagaman budaya, suku, dan agama.
“Pendekatan multikultural menjadi penting agar nilai-nilai AIK tidak hanya dipahami sebagai dogma, tetapi sebagai nilai kemanusiaan yang universal,” ungkapnya.
Suasana pelatihan berlangsung interaktif dan inspiratif. Para peserta menyimak dengan antusias, terutama ketika narasumber membagikan praktik baik pengelolaan AIK di wilayah timur Indonesia yang dikenal dengan keragaman etnis dan agama. Melalui kegiatan ini, para dosen AIK UAD diharapkan mampu memperluas perspektifnya dalam membangun pembelajaran yang berwawasan kebinekaan dan berjiwa perkhidmatan kebangsaan.
Di akhir kegiatan, moderator Dr. Ahmad Zaki Annafiri menegaskan bahwa pelatihan ini menjadi langkah strategis dalam memperkuat visi AIK Multikultural UAD sebagai implementasi nilai-nilai Islam yang terbuka, toleran, dan mencerahkan.
“Semoga pengalaman dari UM Sorong dapat menjadi inspirasi bagi kita untuk terus memperkaya metode pengajaran AIK di UAD,” tuturnya.
Salah satu peserta pelatihan, dosen pengampu AIK UAD, mengungkapkan kesan positifnya atas kegiatan ini.
“Pelatihan ini sangat membuka wawasan kami tentang bagaimana mengajar AIK dengan pendekatan yang lebih inklusif. Kami jadi lebih paham bagaimana menyampaikan nilai Islam dengan cara yang penuh kasih dan menghargai perbedaan,” ujarnya.
Pelatihan AIK Multikultural ini menjadi bagian dari upaya LPSI UAD dalam mewujudkan pendidikan AIK yang adaptif terhadap dinamika masyarakat multikultural, sekaligus memperkuat peran UAD sebagai kampus Islam yang unggul, inklusif, dan mencerahkan bangsa.