Pengajian Songsong Ramadhan 1445 H
Lembaga Pengembangan Studi Islam (LPSI) Universitas Ahmad Dahlan mengadakan pengajian songsong Ramadhan pada hari Jum’at (08/03/2024) di Masjid Islamic Center. Dengan pemateri yaitu Prof. Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D. (Wakil Ketua Majelis Pustaka dan Informasi PP Muhammadiyah. Bertemakan “Membangkitkan Peradaban Islam melalui Ilmu Pengetahuan.”
Dalam Ceramahnya Prof fathul menjelaskan, Sinkronisasi menjadi strategi untuk mencapai tujuan penguatan ketaatan Islam. Sebanyak 0,25 % penduduk dunia menganut agama Islam . Terdapat beberapa isu yang bersifat spesifik di negara-negara Muslim , mulai dari isu sosial dan ekonomi , ketidakstabilan dan konflik politik , Hak Asasi Manusia, pendidikan, migrasi dan pencerahan, digitalisasi teknologi , agama dan identitas, serta ekstremisme. “Ada buku berjudul The Velvet Rope Economy How Inequality Become Big Business. Dalam banyak konteks disimpulkan dengan tali bludru yang memisahkan antara orang VVIP dengan orang biasa saja. Dan ketika itu berjalan terus, maka ketimpangan akan semakin besar.” Jelasnya.
Dia ingin menjelaskan jika tidak ada Islam hadir di muka bumi, apakah konflik di timur tengah itu masih ada? Jadi konflik itu bukan karena Islam. Dan ada beberapa negara saja yang terbebas dari perang sipil, salah satunya Indonesia. Jadi konflik yang ada itu bukan karena ajaran namun karena perkembangan ekonomi dan masalah-masalah sosial lain. Ilmu Dalam Islam “Ada ayat al-Qur`an Surat at-Taubah ayat 122, menerangkan bahwa tidak boleh semuanya itu pergi berperang tapi harus ada yang tafaqquh fiddin (memperdalam ilmu agama). Dalam buku Knowledge Triumphant The Concept of knowledge in medieval Islam karya Franz Rosenthal menerangkan bahwa dalam dunia Islam itu tidak ada konsep yang lebih sering didiskusikan posisinya selain ilmu sains. Di dunia, Islam itu mendapatkan posisi yang sangat mulia. Umat Islam dan Sains “Umat Islam sekarang jika dibandingkan dengan umat yang lain itu tertinggal. Dan ketertinggalan itu karena 3 hal, yaitu: Pertama, tidak mampu mengapresiasi kekuatan diri sendiri. Dari hal itu mengakibatkan umat Islam menjadi reaktif, kedua mulai dari satu jalan buntu ke jalan buntu yang lain, sehingga mudah diadu domba. Dalam pengembangan sains masih minim, padahal di ajaran Islam, sains sangat dihargai dan dihormati bahkan ayat pertama “Iqra” ini ada masalah ketika berbicara sinkronisasi, ini berarti ada yang tidak sinkronisasi.”
Peran Sains dan Peradaban “Ini menjadi hal yang luar biasa yang berarti di negara muslim sains dapat berkembang dengan baik dan didukung perkembangannya oleh yang berkuasa (pemerintah) dan yang membanggakan lagi pemimpin tim eksplorernya adalah seorang perempuan bernama Sarah al-Amiri. “Yang sering terjadi dari umat Islam adalah sudah lupa bahwa gen umat islam itu gen pemikir yang melakukan penelitian, refleksi dan menghargai sains, ini yang dilupakan. Dalam membentuk peradaban Islam ada dua hal yang penting untuk dijadikan kesadaran oleh umat Islam, yaitu: Pertama, umat Islam bekerjasama dengan umat-umat lain. Kedua, peradaban Islam bukan peradaban yang pertama umat manusia, artinya umat Islam menghargai peradaban-peradaban masa depan. Gimitri Gutas dalam bukunya Greek Thought, Arabic Culture, seorang pemikir Yunani terhadap budaya Arab, dalam teori yang dia bangun bahwa pengembangan ilmu pengetahuan di dunia Islam itu berawal dari penerjemahan karya-karya non-Arab terutama dalam bahasa Yunani, dan gerakan ini dukung oleh banyak kalangan dari pemerintah khilafah. Kemudian ada juga konflik perang salib dan juga umat Islam semakin bertambah sehingga energi untuk melayani umat bertambah dan pengembangan sains berkurang energi yang dialokasikan dan yang lainnya.”
denistriana